Kamis, 03 Oktober 2013
Memahami Root Guard pada Switch
Feature Root guard untuk memastikan
bahwa port dimana root guard tersebut diaktifkan tetap menjadi designated port.
Secara normal, semua port pada Root switch adalah designated port, kecuali jika
dua atau lebih port dari root switch dikonek-kan bersama. Jika switch menerima
superior STP BPDU (superior artinya, parameter priority maupun mac address
switch lebih baik dibanding root switch) pada port yang dikonfigurasi root
guard, maka root guard akan memindahkan port tsb ke root-inconsistent STP
state. Root-inconsistent STP state ini sejatinya sama dengan listening state.
Tidak ada trafik yg di forward keluar port ini. Dengan cara ini, root guard
memaksa agar root switch tetap menjadi root bridge.
Syarat agar sebuah switch menjadi
root switch adalah memiliki bridge ID terbaik. Dalam hal ini switch tersebut
memiliki priority rendah dan atau memiliki mac address paling kecil. Jadi Pada
dasarnya seorang administrator network dapat menentukan switch mana yang akan
menjadi root dengan mengkonfigurasi switch tersebut dengan priority 0. Namun
tidak ada jaminan bahwa switch tersebut selamanya akan menjadi root.
Sebagai refresh ingatan, bahwa
switch yg menjadi root bridge akan melakukan share vlan databasenya pada switch
lain jika VTP diaktifkan.
Contoh berikut menunjukkan
bagaimana root bridge menyebabkan masalah dalam jaringan dan bagaimana root
guard “menolongnya”.
Gambar di atas menunjukkan Switch
A dan switch B adalah core network. Switch A adalah root bridge untuk VLAN.
Switch C adalah switch Access . Link antara B dan C status blocking pada port
di switch C. Arah panah menunjukkan arah dari STP BPDU flow.
Gambar di atas menunjukkan bahwa
switch D mulai berpartisipasi dalam STP.
Jika priority switch D lebih rendah daripada root switch existing, maka
switch D akan dipilih sebagai root switch untuk VLAN. Jika link antara switch A
dan B adalah 1 Gb dan link antara A dan C serta B dan C adalah 100 Mbps, maka
pemilihan switch D sebagai menyebabkan link yang terkoneksi menggunakan Gb
Ethernet menjadi block. Status block ini menyebabkan semua data pada VLAN akan
melalui 100 Mbps link menuju ke Access switch.
Feature root guard dapat
memproteksi jaringan untuk menghadapi issue tersebut.
Konfigurasi root guard dapat
dilakukan per port. Root guard tidak mengijinkan port menjadi root port, jadi
port tersebut tetap dan akan selalu menjadi Designated port. Jika BPDU yang
diterima port ini lebih baik dari BPDU miliknya, maka root guard akan tetap memastikan
bahwa port tersebut tetap akan menjadi designated, root guard akan menjadikan
port tersebut sebagai port-inconsistent STP state.
Pada gambar kedua di atas, Switch
C mem-blok port yang terkonek ke switch D, setelah switch menerima superior BPDU.
Root guard menempatkan port tsb pada root-inconsistent STP state. Tidak ada
traffic yang melewati port ini dengan status tsb. Setelah switch D berhenti
mengirimkan superior BPDU, port akan unblock lagi. Via STP, port akan berubah
dari listening menjadi learning state, dan akhirnya akan menjadi forwarding
state.
Lalu, apa beda antara STP BPDU
Guard dan STP Root Guard ?
BPDU guard dan root guard adalah
sama, tetapi impact nya berbeda. BPDU guard mendisabel port pada penerimaan
BPDU jika Portfast di enable pada port tersebut. Pen-disable-an secara effektif
men-deny switch-switch dibelakang port tersebut untuk berpartisipasi dalam STP.
Untuk mengkatifkan port yang berstatus errdisable, harus dilakukan secara
manual atau dapat melakukan configurasi errdisable-timeout.
Root guard mengijinkan switch lain
berpartisipasi pada STP sepanjang switch tersebut tidak mencoba menjadi root.
Jika root guard mem-block sebuah port, kemudian akan recovery secara
otomatis. Recovery terjadi sesaat
setelah switch lain berhenti mengirim superior BPDU.
Sumber ilmu : Cisco Document
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar