Manusia hanya bisa merencanakan, tetapi hanya Tuhan yang bisa menetapkannya, apakah akan terjadi sesuai rencana kita atau tidak. Itulah kata-kata bijak yang wajib kita percayai sebagai seorang manusia yang tidak memiliki kemampuan sedikit pun untuk mereka-reka kejadian dimasa mendatang.
Btw, hubungan sama subjectnya apa nih? Mungkin saat ini pertanyaan itulah yang tepat untuk Anda utarakan.
Sebenarnya tulisan hanyalah ungkapan perasaan yang saat ini saya rasakan. Wetsss... Perasaan apakah itu? Senangkah? Sedihkah? Bahagiakah? Atau mungkin lebih parah dari itu?
Baiklah overall, saat ini saya merasa lega. Beban berat yang selama ini terpendam telah keluar seiring berjalannya waktu. Rasa lega itu bagaikan seorang musafir padang pasir yang menemukan setitik mata air. Lega karena begitu mudahnya beban itu keluar dari tubuhku. Sungguh dunia ini begitu indah. Dan indah itu akan datang pada saatnya.
Setelah beberapa waktu memendam, akhirnya telah kuutarakan semua tentang rasa ini. Rasa yang benar-benar menuntunku menjadi seorang lelaki yang superior. Rasa yang membawaku ke dalam dunia yang saya sendiri tidak terbiasa melewatinya.
Begitulah jika hati telah berbicara, apapun menjadi baik. Apapun menjadi indah. Apapun menjadi surga.
Walaupun sang bintang telah mengutarakan dengan kesungguhan, tetapi ternyata bulan berkata lain. Rembulan belum bisa menerima semua yang diutarakan sang bintang dengan berbagai pertimbangan. Pertimbangan-pertimbangan yang menurut bintang ada benarnya. Karena sang rembulan telah memiliki bumi tuk diitari. Walaupun bumi berada jauh disana, tapi sang bulan tetap bertahan untuk mengitarinya.
So, keputusannya bintang harus berusaha kembali menata hati dan berusaha menjauh dari bulan. Tanpa rasa benci dan dendam sedikit pun pada Rembulan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar